Kamis, 04 Mei 2017

Si Pemburu Senja.

Hari ini aku merasa berjalan mundur dengan aku sengaja. Iya, sengaja.
Sengaja dengan cepat berjalan mundur untuk mengingat tragedi pertama aku berpapasan dengan si Senja.
Sengaja berlari-lari kecil diatas kenangan masa lalu sampai aku rindu.
Si senja, dengan malu-malunya menapakan keindahan dan ke-elok-annya padaku sore itu.
Dia tersenyum manis tanpa ada suara namun seakan terdengar seperti sapaan yang hangat bagiku. 

Aku mulai berjalan mundur lagi dengan perlahan, memutar ingatan yang ku tata rapi-rapi dalam sebuah dus kecil berwarna samar mirip abu-abu.
Aku putar semua yang ada didalam dus kecil itu dengan perlahan. Seakan aku menikmati indahnya kenangan itu kala aku bersama dengan senja.
Si senja mulai terbiasa dengan adanya diriku yang bahkan bisa dibilang seperti benalu untuknya. Iya, benar kok benalu.
Karena hanya aku yang merasakan sesuatu seperti sangat menguntungkan saat berada di dekat senja.

Aku berhenti berjalan mundur, tertawa kecil sambil memutar-mutar kembali ingatan itu. Ingin rasanya kala itu bumi berhenti berotasi, ingin aku tidak mengenal waktu, ingin aku terjebak disituasi yang membuatku mabuk kepayang itu.

Senja, andaikata kau dapat kuraih wujudnya. Tak akan kau hanya aku simpan didalam dus kecil ingatanku yang masih abu-abu. Aku ingin kau berwarna.
Secerah mungkin.
Seperti namamu.
Senja.

Senja, andaikata aku memutar kembali semua tragedi kita, aku cuma rindu. Tak tau apa yang harus ku perbuat. Tak tau harus berhenti berjalan mundur sampai aku selelah mana.

Senja, bagaimana kalau aku tidak bisa berhenti? Tidakkah kau punya solusi?




0 comments:

Posting Komentar

 

Deshious :) Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang