Rabu, 23 April 2014

Sepatuku..

Entah kepada siapa surat ini akan dituju. Nama dan alamatnya-pun aku tak tau. Seingatku, kita pernah duduk berdua di danau itu.
Awal mula pertemuan kita memang tak seindah pertemuan orang - orang pada biasanya. Kamu yang sibuk berdiri memegang handphone dibelakang tempatku duduk, terus mundar - mandir dengan cemasnya. Aku menoleh memerhatikan seketika, lalu kembali mengayunkan kakiku di air, di danau itu.
Kamu bergegas berjalan ke arah lain, tetapi terhenti karena sepatuku terjatuh ke dalam danau, oleh kamu. Aku langsung bangkit dan berdiri menatap matamu yang menatap mataku.
"Ah, gimana sih. Makanya jalan liat - liat dong Mas, sepatu saya jadi jatoh ke danau." Bentakku dengan nada yang tinggi. Tapi kamu santai dan berjalan melewati aku.
"Ya salah sendiri duduk dipinggiran danau main air, sepatunya ditaro dijalanan."
Aku langsung bergegas menarik tanganmu yang ingin menghindar itu.
"Ambilin sepatu saya! Tanggung jawab dong Mas!"
"Sudah, Mbak nggak usah marah - marah. Iya saya nanti ketempat dimana Mbak duduk tadi kok. Ngomongnya gak usah keras - keras minta tanggung jawab segala. Nanti orang ngiranya aneh - aneh."
Aku menuruti apa katamu tersebut, aku melepas penahan tanganku pada pergelangan tangan kirimu. Kamu berjalan dengan pelan dan tengak, Tak tau mau kemana dan ingin berbuat apa.

Ah aku ingin pulang rasanya. Tapi tak mungkin bila tak memakai sepatu. Bagaimana ini?
Kamu-pun tak kunjung datang kembali ketempat dimana kamu menjatuhkan sepatuku. Ini sudah pukul 15.48 langitpun sudah mulai terlihat mendung. Mati sajalah aku jikalau hujan turun.
Hampir dua jam aku menunggu kedatanganmu kembali. Entah apa yang membuatku menunggumu selama itu. Pikir saja, tak mungkin kalau orang asing menjatuhkan sepatumu ke danau, lalu ia pergi berlama - lama dan bilang kalau akan kembali dan bertanggung jawab? Bertanggung jawab? Apa ia akan membelikan mu sepatu yang baru? Hei! Takan mungkin, dia hanya orang asing untukmu. Dan baginya, kamu juga tentu adalah orang asing.
Aku yakin kamu takan kembali. Sampai nanti hujan turun-pun kamu mungkin takan kembali dan bertanggung jawab tentang sepatuku yang jatuh.

Dan benar saja, hujan rintik sudah mulai datang dan membasahi rumput tempat aku duduk di pinggiran mulut danau. Kamu tak juga kunjung datang, ya.
Dan, apa lagi yang aku tunggu? Mau menunggu sampai hujan ini menjadi lebat?
Aku terus mengayun - ayunkan kakiku di air danau itu. Satu persatu orang yang sedang duduk di pinggiran mulut danau-pun mulai bangkit dan pergi mencari perlindungan untuk berteduh dari hujan yang sudah lumayan sedikit lebat.
Tinggal aku sendiri yang masih asyik memainkan kakiku di air danau. Iya, sekarang tinggal aku sendiri. Aku bisa melihat orang - orang yang lari dengan terburu - buru karena takut basah akibat air hujan yang lebat ini.
Ah, cuma air.
Dari kejauhan, aku melihat sesosok pria yang berlari terburu - buru. Dia memakai kemeja biru langit, sama seperti kemeja kamu. Dan benar saja! Kamu!
"Mbak, kok nggak berteduh? Malah terus - terusan duduk di situ aja? Ini hujannya deras loh, Mbak. Nanti masuk angin, malah jadi sakit aja."
Kamu menarik tangan dan menuntun tubuhku bangkit lalu berdiri.

Aku masih ingat, wangi tubuh itu yang tercium di tengah - tengah air hujan yang lebat.
"Mbak nunggu saya ya? Maaf banget ya Mbak, tadi itu saya kedepan jalan buat nyari sendal jepit, hehe tapi nggak ketemu. Tadi niatnya saya udah mau pulang aja, eh tapi saya inget punya janji sama Mbak kalau mau tanggung jawab masalah sepatu Mbak. Saya kira, Mbak udah pergi. Eh ternyata masih nunggu saya juga. Maaf ya, Mbak." Kamu berbicara setengah teriak karena suara hujan yang begitu keras.
Kamu membawaku ke pohon yang besar, aku tak ingat pohon apa itu. Aku hanya bisa tersenyum kearahmu ketika kamu membawaku ke pohon itu untuk berteduh.
"Kenapa kita gak neduh kesana aja?" Aku menunjuk kearah sebuah rumah kecil, tempat orang - orang ramai berteduh.
"Mereka kan masih kering, kita udah basah kuyub gini. Mana mau mereka desek - desekan dan ngasih kita tempat untuk berteduh juga.."
Benar juga, memang terkadang manusia itu begitu..

Aku terus memeluk - meluk tubuhku sendiri mencari kehangatan. Kamu sibuk jongkok dan membuka sepatu-mu. Eh, untuk apa kamu membuka sepatu?
Sambil menenteng sepatu, kamu bilang..
"Biar sama kayak kamu." Aku tesenyum mendengarnya. Kamu bilang, sepatuku terjatuh gara - gara kamu yang tidak hati - hati melangkah dan berjalan, jadi kamu juga harus merasakan berjalan tanpa alas kaki.
Halus sekali kedengarannya.

Sudah Jam empat sore lewat. Hujan baru mulai reda, badanku mulai menggigil kedinginan. Kamu yang melihat kearahku dan mengetahuii kondisiku, segera membuka jaketmu dan memelukku dari arah belakang. Aku sempat kaget dan berontak, tapi kamu melerai dan terus memeluk.
Disela - sela pelukanmu, kamu berbisik di telingaku dengan lembut tapi sungguh lucu sekali. Kamu protes karena panggilan ku yang memanggilmu 'Mas' . Kamu bilang, kamu masih 22 tahun dan bukan Mas - Mas. Aku tertawa dan bilang " Aku juga bukan Mbak - Mbak kok."
Layaknya orang pacaran, kita terus berpelukan saling menghangatkan badan. Aku tak tau siapa kamu, kamu pun begitu. Namun rasanya saat itu aku merasa nyaman sekali ada didekatmu.

Hujan sudah mulai, berhenti. Kamu melepas pelukanmu itu lalu menaruh sepatumu didalam tas yang juga kebasahan air hujan. Kita berjalan keluar dari taman yang ada di pinggiran danau, bergegas untuk pulang kerumah masing - masing. Kamu bilang kamu tidak membawa kendaraan apa - apa, jadi kamu gak bisa mengantarku pulang sampai ke rumah. "Kita jalan aja ya, gapapa kan ya?"
Aku hanya membalas dengan anggukan disertai senyuman tipis. Kita berjalan terus sampai menemukan jalan raya dan angkutan. Tanpa alas kaki.
Ya, tanpa alas kaki melindungi kita berdua. Mungkin orang - orang disekitar kita mengejek, ada dua orang pasangan lawan jenis berjalan kaki basah - basahan karena air hujan dan tanpa alas kaki.
Lucu sekali saat itu. Aku dan kamu tak sama sekali merasakan malunya berjalan kala itu. Kita terlihat menikmati indahnya pemandangan sehabis hujan di sepanjang jalan. Tertawa bersama, serasa kita sudah saling mengenal lama. Ingin sekali rasanya terus seperti itu. Tapi aku terus mengingat dalam hati.
Aku siapa dan kamu siapa.

Ah kita sudah bertemu jalan raya. Saatnya kita pulang kerumah masing - masing dan naik angkutan umum. Kamu membalikan tas-mu dan membukanya. Mengambil sesuatu dari dalamnya.
Kamu mengeluarkan sepatumu, dan memberikannya padaku. Aku menolak.
Tapi kamu bilang, aku harus memakainya. Karena kalau tidak, kamu takan memaafkan dirimu yang sudah membuatku sesusah ini. Kamu memakaikan sepatumu di kakiku, basah sekali sepatumu kala itu.
"Malu ah, aku bisa pake sendiri." kata ku. Kamu bangun dan tersenyum.
Setelah itu, kamu menungguku sampai aku menemukan angkutan umum. Kamu bilang,
"Jaga baik - baik ya sepatunya. Siapa tau, kita ketemu lagi nanti."

Hari itu. Hari Kamis, rasanya indah sekali buatku. Bertemu dengan orang asing sebaik kamu.
Aku terus berharap dan menunggu didanau itu. Dengan sepatumu.
Aku berharap bisa bertemu denganmu lagi dilain waktu. Aku berharap bisa tau siapa namamu yang lupa ku tanyakan kala itu.
Aku ingin bisa mengenal mu, lebih dari hari Kamis yang kemarin.

0 comments:

Posting Komentar

 

Deshious :) Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang