Kamis, 12 November 2015

Semoga Kau Mengerti

"Aku tak ingin kau melepaskan genggaman ini, tapi jika memang harus, aku tak bisa menahan mu lagi untuk alasan yang logis sekalipun. Bahkan dalam keadaan ku yang sedang seratus persen tersadar."

Ini bukan pertama, kedua, atau bahkan ketiga kalinya aku merasakan hal seperti ini. Sudah berkali - kali aku melewatkan saat - saat atau masanya hubungan yang terbilang di ambang - ambang kekandasan. Kita tau, kita sudah melewatinya berkali - kali, tapi, itu sedikit membuatku lelah.. Aku terlalu lelah untuk terus mempertahankan semua yang sudah lama aku genggam dengan sangat erat, tapi aku juga salah karena ku terlalu menggenggam mu terlalu erat. Ini dunia nyata, bukan dongeng. Aku sadar hal itu. Kamu bukanlah hanya milikku, kamu punya kehidupan mu sendiri, kegiatan mu sendiri, dan bahkan kau punya hak mu pribadi. Tapi apa yang sudah ku lakukan selama ini?
Aku terlalu ingin memonopoli mu, aku terlalu ingin waktumu hanya punyaku, aku terlalu tak mengerti tentang semua kehidupan ini, aku terlalu sering menutup mata dan mengacuhkan dunia ini ketika bersamamu, aku terlalu memfokuskan pandangan ini, aku sudah jatuh terlalu dalam.... Sebegitu dalamnya sampai aku lupa cara untuk bangkit kembali, aku lupa cara untuk melihat kesudut pandang yang lain, aku lupa semua cara yang tidak berhubungan dengan kamu. Sungguh keterlaluan! Hanya dalam kurung waktu satu tahun, gilaku dibuatmu. Jadi, seperti ini kah yang mereka bilang?
Cinta buta, atau dicumbu asmara? Halah, persetan! Aku tak mengenal cinta maupun asmara, aku hanya mengenal kamu. Aku selalu mendeskripsikan cinta dan asmara itu adalah Kamu. Sesosok pria jangkung nan cungkring, berkumis disertai bewok tipis.. Oh Tuhan, bahkan aku lupa, aku sudah terlalu jauh, Tuhan..

Salahku karena telah menjatuhkan kata - kata berharga ; cinta, padamu. Hingga kini sepertinya kamu merasakan bahwa aku ini memang benar perempuan gila yang hanya ingin hidup berdua denganmu. Ya, benar. Aku bisa mengacuhkan seluruh dunia, bahkan mungkin alam semesta hanya untuk rela hidup bersamamu. Benar gila, bukan?

Mungkin kini kamu merasa bahwa sudah saatnya aku harus berubah. Percayalah, sayang, aku ingin sekali kembali menjadi perempuan yang normal, aku ingin mencintai kamu dengan normal, dengan sewajar - wajarnya wanita mencintai kekasihnya. Tapi jujur sajalah, aku tak bisa.. Aku sudah menaruh terlalu banyak harapan padamu, aku sudah terlalu tinggi menggantungkan cita - cita untuk hidup berdua denganmu. Otakku berputar begitu jauh, lebih cepat dari biasanya.
Percayalah aku juga ingin sekali normal lagi, sayang.. Aku tidak ingin kamu repot - repot memikirkan ku yang hanya cemburu oleh para sahabat lawan jenismu. Rasa cemburuku melebihi segalanya, rasa cemburuku membara lebih tinggi mengalahkan pancaran api unggun malam ini. Rasa takutku begitu besar, rasa takut akan kehilangan kamu, sayang.

Aku bingung, gundah gulana, harus AKU yang seperti apa lagi yang lebih pantas mencintaimu, sayang? Yang mungkin lebih pantas menjadi pendamping hidupmu kelak..
Aku lelah mencintai dengan caraku sendiri.
Aku lelah menaruh banyak harapan seperti ini.
Aku lelah sayang.
Aku lelah merasa bahwa hanya aku yang benar - benar mencintaimu sampai rela meninggalkan dunia.
Aku merasa sangat bodoh.

Aku kapok menaruh dan menggantungan kebahagiaan pada pasangan. Karena, ketika ia pergi, aku lupa caranya berbahagia kembali..

0 comments:

Posting Komentar

 

Deshious :) Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang