Senin, 04 Agustus 2014

Teman Penghabis Waktuku.


 Kita slalu berpendapat kita ini yang terhebat
Kesombongan di masa muda yang indah
Aku raja kau pun raja Aku hitam kaupun hitam
Arti teman lebih dari sekedar materi



Hai sahabat, apa kabar kalian hari ini? Seharusnya sekarang kita tengah bermain bersama dengan anjing-anjing kita, ditempat biasa kita berpadu cerita, canda, tawa, juga cinta.

Mungkin sekarang tempat itu sudah berdebu. Tak ada sosok kita lagi, melainkan yang dipenuhi oleh banyak jaring laba-laba tak beraturan disana-sini. hhhh rasanya, semua terjadi dengan begitu cepatnya. Yang biasanya setiap malam kita selalu bergurau membicarakan hal-hal ajaib ditempat ini, sekarang sudah tidak lagi, ah, bahkan mungkin kalian telah lupa akan indahnya tempat kecil ini. Istana kecil kita ini. Mungkin, sekarang kalian tengah mempunyai pengalaman baru, tempat baru, teman baru, cerita baru, dan semua yang serba baru. Meninggalkan cerita lama yang tengah kita lewati bersama-sama semasa SMA. 
Entahlah, aku yang terlalu mendramatisir, atau memang nyatanya kalian yang sudah melupakan tempat ini.

Sahabat..
Bukanlah hal seperti yang aku inginkan dari kalian.
Bukanlah cara yang begini yang aku ingin jikalau memang kita harus sendiri-sendiri.
Bukan dengan melupakan istana kecil kita ini kita berpisah.
Bukan dengan alasan 'kesibukan' kita menjadi tak pernah bertemu.
Bahkan mungkin seharusnya kita tak punya alasan khusus untuk saling meninggalkan, sahabat.

Ditempat ini, kita bertemu dan memulai cerita, hidup, pedih, tertawa terbahak bersama, menciptakan kekonyolan, menjengkelkan orang lain, ah.... Aku rindu itu, sahabat.

"Aku tidak punya teman dekat, selain kalian."
Ingat kata-kata ku dahulu?
Aku tidak ingin masa-masa kita berakhir begitu saja. Aku ingin melihat kalian menikah, dan datang di acara pernikahan kalian, tumbuh dewasa terus menerus bersama kalian, bersahabat sampai kita menua.. Mempunyai anak dari suami dan istri-istri kita, menggendong cucu kita sambil duduk di kursi yang bergoyang. Bahkan, ketika aku duluan atau kalian yang mengenakan baju suci serba putih dan berbaring tak berdaya, kita tetap bersama.
Itu yang aku impikan dari persahabatan kita.

Tapi, semua ini terlalu jauh keluar dari skenario yang aku inginkan. Sedikit demi sedikit, satu persatu, kalian jauh...
Jauh...
Jauh dari pandangan mataku, jauh dari tempat atau rumah kita yang biasa kita jadikan sebagai markas. Jauh meninggalkan cerita cantik kita yang seharusnya terus berlanjut hingga kini.

Sahabat, pertanyaan dikepala ku mulai agak banyak sekarang ini.
Tentang kalian yang benar-benar lupa akan mimpi bersama kita?
Tentang kalian yang benar-benar lupa akan semua cerita, tawa, pedih, hidup, kenangan kita?
Tentang kalian yang benar-benar lupa akan tempat dimana kita sering bertemu dan memulai kekonyolan kita?
Tentang kalian yang benar-benar lupa akan anjing-anjing manis kita?
Tentang kalian yang benar-benar lupa akan sandaran ketika salah satu dari kita mempunyai masalah?
Tentang kalian yang benar-benar jauh... jauh dari jangkauan mataku.
Tentang kalian yang benar-benar lupa akan sosok yang manja dari dalam diriku?
Dan, bertanya tentang kalian yang apakah masih berdiri hingga kini disampingku?

Sahabat, aku tak pernah ingin masa-masa kita berakhir.
Aku mencintai kalian, teman sepermainan penghabis waktuku..

Jumat, 18 Juli 2014

Airmata Kerinduan.



ini airmata pertama, yang saya jatuhkan untukmu. rasanya terlambat memang menyadari bahwa kamulah yang saya cintai.
saya menangis karena tak kuat menahan rindu. tak kuat memendam sendirian rasa cinta yang sebenarnya menggebu-gebu
, yang ada di lorong hati kecil saya yang paling dalam.
untuk pertama kalinya, saya terlambat menyadari kalau saya sebenarnya mencintai kamu.
sejak kapan rasa itu muncul? saya-pun tidak tau. bahkan untuk menyadarinya pun sama sekali tidak.


saya tidak meminta kepada Tuhan agar saya mencintaimu. saya tidak meminta Tuhan agar kamu tau rasa cinta ini. saya tidak meminta Tuhan agar kamu membalas cinta saya juga.
tapi saya bingung. sungguh bingung. saya dirundung perasaan yang aneh. seharusnya naluri saya ini tidak seperti sekarang. ini bukan saya yang seperti biasanya.
kenapa saya terlambat menyadarinya? kata orang disekeliling saya, saya ini labil. saya labil? saya sama sekali tak pernah ingin mencintai kamu! perasaan itu muncul tanpa saya ketahui, tanpa saya inginkan, perasaan itu muncul tanpa saya pinta. perasaan itu terus merobek celah celah saraf yang ada disekitar tubuh saya. memakan sel-sel tubuh saya disetiap detik berdetak. kadang ia terhenti, kadang terus mengalir.


dimalam ini, malam yang dingin diselimuti rintik hujan ini.. saya menangis dibawahnya. berharap tak ada satupun orang yang mengetahui tangisan saya yang telah di manipulasikan oleh rintik air hujan. bahkan, sampai hujan itu-pun berhenti.. saya masih menangis dalam lamunan saya sendiri. saya masih tertunduk ketika pulang dan merebahkan diri dirumah.

pernahkah kalian rasakan?
rasanya rindu yang cukup amat dalam kepada seseorang yang mungkin kalian sendiri tau kalau kalian tidak bisa menggapainya?


apa rasanya? hahahaha konyol bukan?! sudah tau kalian tak akan mungkin bisa menggenggamnya, tapi masih saja kalian rela buang-buang airmata, waktu dan tenaga untuk menangisinya serta memikirkannya.


dimalam ini pula, saya berharap kamu menyapa saya. entah lewat mana saja yang penting kamu menyapa saya dan kita bisa berbincang seperti apa yang saya harapkan saat ini.
ah... rasanya sangat tidak mungkin. bodohnya saya ini masih saja mengkhayal. 2014 masih saja mengkhayal!


Tapi.. saya sungguh rindu..
Saya kangen, tapi
tidak tau harus melampiaskannya seperti apa. tak tau harus bercerita dan mengadu kemana.
tolong hentikan rasa sakit yang saya rasakan sekarang ini. tolong hentikan airmata pertama yang khusus untukmu ini. dan tolong jangan membuat saya mengkhayal yang tidak tidak tentang mu lagi.
saya mohon...


berhenti bermain-main diatas kepala saya. berhenti sebagai benalu yang hinggap di punggung saya. berhenti sebagai magician yang mengendalikan pikiran saya. berhenti menjadikan saya sebagai bahan keisenganmu.
YA.. dulu saya memang tak pernah mengeluh tentang ini. karena saya tak merasa dirugikan sama sekali. tapi saya terlambat menyadarinya bahwa saya mencintaimu. saya memang mencintaimu, dalam alam bawah sadar saya, kamu adalah seseorang yang ingin saya genggam. saya tidak bisa memungkiri serta berbohong lagi, saya sayang kamu. saya kangen kamu.


hujan berhenti..
saatnya saya-pun menghentikan tangisan saya pada malam ini. saya rindu ketika kamu menyapa saya kembali. saya rindu kebersamaan kita yang dulu.
saya rindu ketika kamu marah karena saya yang memiliki sifat pelupa. saya rindu ketika kamu tak mau menghubungi saya lagi karena saya telat makan. saya rindu cerocosanmu itu.
Saya rindu akan hal-hal kecil selalu kita ributkan bersama-sama. saya rindu..
 

oh... tolong tolong.....
jangan menangis lagi
Deska..
hujan telah berenti! hentikan juga tangismu.


andai kamu udara, yang bisa saya hirup disetiap harinya😢
kapan kerinduan ini berakhir?
saya tidak tau..


pendam rasa.

betapa tidak enaknya, ya? :)

kamu sangat pandai membuat saya menangis seperti ini, hanya karena embel-embel sederhana yang disebut dengan "kangen". biasanya, saya tidak menangis dalam hal percintaan seperti sekarang ini.

Hah..

sudah lama kita tak saling sapa. apa kabar kamu malam ini? mengingat semua kejadian konyol kita, rasanya membuat kerinduan yang saya pendam ini semakin tak tertahan untuk saya utarakan kepada kamu.
tapi nyali saya terlalu ciut, menyapa kamu terlebih dahulu-pun rasanya tak berani. takut terjadi respons yang tidak saya inginkan
dan semakin membuat saya merasa terpuruk melebihi malam ini.

Mungkin, semua ini terlalu mudah untuk dilupakan bagimu. tapi tidak bagi saya yang terlambat menyadari rasa ini.
dan.. setelah memutuskan dan menimbang. sekali lagi, saya kangen kamu.


ah, yang selalu saya ingin tanyakan adalah;
adakah obat rindu selain pertemuan?
bisakah kamu menjawabnya?


saya sudah berusaha sebisa mungkin dan sekuat tenaga saya.. sesering mungkin, saya selalu membawa namamu dalam percakapan panjang saya dengan Tuhan.

namun.. kalau Tuhan tetap mengatakan tidak? saya bisa apa.
menentangnya? sangat tidak mungkin.
satu hal yang harus saya dan kamu ingat, kita terlalu berbeda. dalam banyak hal, kita terlalu berbeda. sehingga menimbulkan protes dari banyak berbagai pihak.
hati saya mulai lesu mengingatnya..


apa bintang yang sedang bergantung dilangit sana, yang mulai bermunculan setelah terjadinya insiden air hujan yang turun tadi, sudah menyampaikan pesan dari saya untuk diberi tahukan kepadamu? belum, ya?
Sudah saya duga, bintang pun berkata tidak..

hujan telah berhenti.
saya harap... besok malam tidak kembali turun hujan lagi seperti malam ini.

Kamis, 17 Juli 2014

Pertemuan Kita..

Hai Gadis.
Awal aku mengenalmu, aku tau kau adalah tumbuhan langka yang berkembang biak dengan cara merayap dan sungguh cepat.
Kau akan tumbuh disela-sela pohon yang sangat besar dan kau akan merasa nyaman pada batang pohon besar itu.
Aku-lah pohonnya, dan kau tumbuhan itu.

Hai Gadis.
Sejak berbincang denganmu melalu pesan singkat---- BBM, aku mulai merasa takut.
Takut kalau keisengan-ku ini akan berakhir menjadi keseriusan yang amat sangat dalam.
Takut kalau aku nantinya akan terus memintamu tumbuh di sela-sela ranting tubuhku, dan terpenuhi oleh bunga-bunga manis itu.
Takut kalau setiap malamnya aku tak bisa tidur tanpa menunggumu terlelap terlebih dahulu.
Takut kebiasaan itu akan terus tumbuh dan berkembang bersamamu.

Gadis,
Sejak awal pertemuan kita. Aku tau kalau kau adalah wanita yang sangat dicintai oleh sahabatku.
Sejak awal pertemuan kita. Aku tau hal apa yang sangat mengganggu benakku.
Sejak awal pertemuan kita. Aku menemukan satu cahaya yang mungkin sebab dari sahabatku amat mencintaimu hingga saat ini.
Sejak awal pertemuan kita. Tak terhingga debar jantungku berdetak lebih hebat dari batas kewajaran.
Sejak awal pertemuan kita. Tak tau aku harus menatap matamu atau terus ku tundukkan kepalaku.
Sejak awal pertemuan kita. Aku tau bahwa ini adalah hal yang salah.
Sangat salah.

Gadis..
Tau-kah kamu apa yang dikatakan oleh sahabat baikku yang sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri?
Tiga bulan lalu sebelum aku mengenal dekat denganmu, sahabatku selalu bercerita tentangmu.
Bercerita tentang cintanya yang sepertinya dibalas oleh-mu.
Bercerita tentang indahnya suaramu ketika kau bernyanyi untuk sahabatku.
Bercerita tentang betapa sulitnya sahabatku mengakui kalau dia sangat mencintaimu.
Bercerita tentang betapa menyesalnya dia ketika kamu tiba-tiba pergi karena lelah menunggunya.
Bercerita tentang betapa terpukulnya sahabatku setelah mendengar kamu lebih memilih laki-laki yang baru.
Bercerita tentang betapa dia tak mudahnya melupakanmu, tapi dia sangat ingin kamu hilang dari ingatannya.
Bercerita bahwa dia senang sekali ketika mendengar kamu mengakhiri hubunganmu dengan laki-laki itu.
Bercerita kalau kini dia sudah mulai menganggapmu sebagai teman.
Aku tau saat itu dia hanyalah bohong.

Gadis yang kini mulai meracuni otakku,
Sekarang sahabatku tau kalau kini aku sedang dimabukkan olehmu.
Sahabatku tau betapa sulitnya menggenggam-mu.
Sahabatku tau betapa mudahnya mencintai kamu.
Sahabatku tau betapa cepatnya kamu menguras pikiranku.
Sahabatku bilang, itu yang ia rasakan ketika jatuh cinta padamu.

Aku bisa apa.
Aku harus mengambil tindakan yang bagaimana?
Aku harus diam atau harus terus berjalan meraih apa yang hatiku inginkan?
Atau aku harus mengikuti apa yang diinginkan logika ku?
Tapi aku yakin, aku tak akan bahagia.

Aku mencintai Gadis, yang sangat dicintai oleh sahabatku.
Aku mencintai Gadis, yang sangat ingin diraih oleh sahabatku.
Aku mencintai Gadis, yang selalu diceritakan oleh sahabatku.
Aku ini sahabat yang macam apa?

Gadis,
Perlu kau ketahui betapa mudahnya kau meracuni pikiran kami berdua.
Aku mencintaimu, sebagaimana sahabatku mencintaimu juga.

Menjelang tiga bulan kedekatan kita,
Sahabatku mulai terlihat kecemburuannya.
Sahabatku mulai muak denganku, betapa pengkhianatnya aku, 
walau dia tak mengatakannya lewat mulutnya sendiri. Tapi aku tau itu.
Sahabatku selalu menanyai kondisimu lewat aku.
Sahabatku selalu mengatakan betapa tak bolehnya sedikitpun aku menyakiti hatimu.
Sampai sahabatku bilang,

" Masih deket sama dia nggak? Masih suka BBM-an kan? Kalau sayang mah kejar aja, dapetin jangan sampe menyerah dan berujung jadinya kayak gue. Jagain dia, jangan pernah sakitin dia. Bagi gue, dia itu tetap cewek yang gue sayang. Walau dia nggak pernah tau itu. Itu kesalahan gue yang selalu menunda.. Lo jangan kayak gitu ya. Kalau sayang, kejar. Dapetin. "

 Satu detik kemudian, aku mulai bimbang.
Satu detik kemudian, aku mulai bisa merasakan betapa sakitnya dikhianati oleh sahabat sendiri.
Satu detik kemudian, aku mulai berpikir betapa ini yang aku inginkan; menggenggam-mu.
Tapi, Satu detik kemudian, aku terus merasa bersalah pada sahabatku dan berpikir matang;
Bahwa aku harus menjauhi-mu dan mulai mempersatukan-mu dengan sahabatku lagi. 

Gadis,
Siang itu adalah pertemuan terakhir kita setelah aku bangun dari tidurku yang bermimpikan kamu.
Siang itu, aku putuskan untuk berterus terang bahwa aku tak bisa menjalin hubungan denganmu lebih dari sekedar teman.
Siang itu, aku mengatakan bahwa kamu lebih baik dengan sahabatku saja yang sudah lama terlebih dahulu mengenalmu daripada aku.
Siang itu, aku mengatakan bahwa aku sama sekali tidak disuruh ataupun didesak oleh pihak mana-pun.
Siang itu, saatnya aku jujur bahwa sebenarnya, betapa aku mencintaimu selayak halnya sahabatmu yang mencintaimu juga seperti kalian dekat dahulu.
Siang itu, betapa teririsnya hatiku ketika melihat wajah manismu menitikkan airmata didepanku untuk pertama kalinya.

" Aku memang dulu dekat dengan sahabatmu, bahkan sebelum kita kenal. Jujur aku memang juga mempunyai perasaan yang sama hebatnya seperti yang sahabatmu rasakan kala itu juga. Tapi lelah harus menunggu. Aku bahkan tidak melihat kalau dia mencintai-ku sehebat yang kamu dan orang lain katakan. Aku tidak percaya bahwa dia mencintaiku seperti itu, bahkan mengatakan dengan jujur bahwa dia mencintaiku saja dia tidak berani. Itu bukti bahwa dia tidak mencintaiku dengan besar seperti yang ia bilang padamu.. "

Siang itu, kau menangis begitu deras diserati kata-kata panjang yang terus kau lanturkan lewat hati kecilmu.

" Dan sekarang, setelah kamu hadir.. Setelah kamu membuatku lupa akan semuanya, setelah kamu mengubah semua hari-hari kusamku, kamu ingin meninggalkan aku? Rasanya ini tidak adil untukku. Kenapa selama tiga bulan ini dengan berani dan lancangnya kamu masuk kedalam duniaku? Lalu sekarang meminta pergi. Aku bukan robot. Aku juga pernah merasakan bagaimana diabaikan, diacuhkan. "

Siang itu, aku telah memperlakukan-mu dengan salah.
Siang itu, untuk terakhir kalinya kita bertemu.
Siang itu, aku telah tega mengakhiri kedekatan kita.
Siang itu.....
Pertemuan terakhir kita yang sama sekali tidak indah.  

Rabu, 16 Juli 2014

Aku Yang Tak Terlalu Penting.



Bagaimana keadanmu? Apakah disana kau temui orang yang sudah bisa kau panggil kekasih juga? Akankah sosok-ku ini mulai tergantikan dari detik ini? Terlalu banyak hal yang sangat aku takutkan ketika aku mendengarmu lebih memilih meneruskan kuliah di negeri orang. Terlalu banyak pikiran negative yang tak seharusnya aku bayangkan dari sini.
Tapi ternyata, terlalu kuat pula rasa cinta-ku ini yang selalu mengalir setiap detiknya padamu, sayang. Disertai rasa khawatir yang terus menerus menumpuk disetiap detiknya. Kini, kamu sudah tak bisa bermanja-manja manis lagi dipundak-ku, akan kah disana kau menemui laki-laki dengan pundak yang lebih nyaman untuk kamu bersandar? Kini, kamu sudah tak bisa lagi memintaku mengantar dan menjeputmu setiap kali kamu ingin berlatih musik. Apakah di negeri sakura itu telah kau temui seseorang yang menjemput dan mengantari-mu tanpa kamu pinta? Kini, tak kau dapati lagi kasih sayang dan perhatian tulus dariku. Tapi, aku masih ingin terus bertanya, akankah kamu akan mencari seseorang yang lebih perhatian padamu melebihi perhatianku?
Ah, terlalu banyak pertanyaan. Aku muak dengan jarak ini.

Sudah satu tahun dua bulan menjelang kepergianmu untuk meneruskan sekolah di Jepang, tak juga kau kabari aku sampai detik ini. Enam bulan terakhir, kamu bilang kalau aku tak usah perlu banyak kekhawatiran yang berlebihan. Bagaimana aku bisa? Mungkin mudah untukmu, tapi tidak untukku. Ini sulit. Satu tahun dua bulan kepergianmu, itu bukan waktu yang sebentar, sayang. Mengertilah.
Aku hanya butuh kabar baikmu agar aku bisa menjalani hari-hariku seperti biasanya dengan sangat amat tenang. Aku juga ingin menjalani rutinitas sepertimu disana, yang dengan mudah bepergian tanpa adanya beban.
Sampai belakangan ini, hanya kamu yang terus membajak otakku. Di setiap sel-selnya hanya ber-isi-kan KAMU. Aku rindu, aku ingin memeluk. Tapi aku bisa apa? Ah, jarak. Aku dikalahan oleh jarak yang tak sedekat dulu. Aku tak bisa berpikir jenih lagi, ketika jarak yang ku jadikan masalah untuk bertemu kamu. Tak tau harus diam atau berontak, tak tau harus mencari-mu lewat apa. Tak tau harus menggenggam tangan-mu dengan cara yang bagaimana. Tak tau harus membelai rambut-mu dengan alat bantu apa. Tak tau harus pergi menyusul-mu dengan dana yang seberapa banyaknya. Tak tau harus mempermudah cerita aku dan kamu menjadi seperti apa.
Aku kehabisan akal.

Sayang, kapan kau kembali? Rumahmu kan disini.
Sayang, kapan kau harus berhenti? Tujuanmu kan hanya aku.
Sayang, bagaimana sekarang? Kalau hanya kau yang aku ingin.
Aku selalu menunggu dengan setia dirumah, sayang.

Terlalu Dalam.

Cinta itu kamu. Sesuatu yang tak mudah ku-ucap, kecuali dengan tatap. - Deska Dewi Utomo



Sepertinya, pagi ini terlalu konyol. Atau mungkin karena semalam kita berbicara aneh melalui alat bantu Handphone. Sudah terlalu lama kita tak bertemu, ah jangankan bertemu, untuk menyapa melalui social media yang ada-pun rasanya enggan. Kamu terlalu sibuk dengan dunia-mu, dan akupun begitu.
Tapi, entah ada udara sehangat apa sehingga kamu menyapa-ku duluan tadi malam. Memang kelihatannya kita terlalu membahas suatu bahasan yang abstrak bentuknya, tapi perlu kamu ketahui, jantung-ku pun rasanya ikut-ikutan senang melihat handphone-ku yang berdering karena pesan singkat-mu.
Laki-laki yang menggilai futsal dan selalu mampir kerumah-ku ketika latihannya selesai. Laki-laki dengan mata sayu dan berkulit putih yang hobi memakai celana selutut disertai sepatu Vans dan kaos polos. Laki-laki yang hobi memanggil nama-ku dengan menggabungkan nama belakangnya. Laki-laki yang selalu bangun dipagi hari dan gembira mengejekku ketika aku kalah unggul bangun pagi ketimbang dia.
Ah, laki-laki yang meminta-ku untuk menyudahi kedekatan ini.

Rasanya sulit sekali aku lupa akan semua tingkah konyol-mu. Akan semua ke-bete-an mu ketika aku mengejekmu dengan sebutan idiot. Tapi kamu memang idiot, sayang. Setiap disekolah-pun kamu tak pernah sekali-pun terlihat serius. Hehe, aku rindu kala itu.

Aku juga ingat, ketika salah satu teman-mu begitu iri akan kedekatan kita. Padahal waktu itu kita belum jadi apa-apa, bahkan sampai sekarang kamu sudah memiliki pendamping baru, kita masih belum jadi apa-apa. Itu yang membuat-ku melamun disepanjang malam yang sunyi, yang hanya ada suara ranting bergesekan dengan angin yang sangat dingin. 
Sampai aku terhanyut terlalu dalam oleh lamunan-ku dan dikagetkan oleh dering ponsel-ku yang berisikan pesan singkat dari teman sekelas-mu. Dia cukup menyebalkan karena selalu menanyai soal bagaimana aku dan kamu. Dan yang lebih menyebalkan ketika dia mengirimkan satu buah photo kamu yang idiot. Super idiot.
Itu membuatku tertawa tiada habisnya, sampai airmata-ku sedikit menetes dan dikagetkan lagi oleh dering ponsel lainnya. Kamu marah kecil, karena kesal aku tertawa-kan.
"Dia ngomong apa? Dia ngirim photo aku yah?"
Itu yang kamu tanyakan tadi malam. Rasanya aku ingin kita terus terhanyut dalam pesan singkat malam hari itu. Aku ingin kamu kembali bawel seperti kamu yang aku kenal dulu, aku ingin kamu yang mudah berganti mood dan hanya aku yang bisa membuat mood jelekmu berubah lagi. Aku ingin semua itu kembali seperti dulu, saat pertama kali kita kenal di social media yang bernamakan Twitter. Aku ingin kamu terus menyapa-ku di pagi hari melalui twitter.
Bahkan, sepertinya aku rindu ketika kamu ngetweet no mention dan ternyata itu untukku. Ah, mengapa mencintai-mu begitu mudahnya? Hanya dalam kurung waktu dua bulan saja, kamu mampu menyebarkan virus di saraf-saraf-ku lalu kamu kendalikan tubuh dan pikiranku. 

Harusnya, perlu kamu ketahui, Diantara semua yang pernah hilir mudik dalam hatimu, aku yang paling membutuhkanmu.

Aku memang tak pernah menangis dan menjadikan kamu sebagai penyebabnya, itu karena dulu kamulah alasan-ku untuk aku berhenti menangis. Sekarang, kamu masih tetap menjadi alasan itu.
Sampai saat ini, Aku masih memandangmu dari sini. Dalam keadaan berjarak, dalam kesendirian. Bahkan dalam keramaian, tetap dalam kesendirian.

 Kupikir, ini sudah terlalu dalam. Aku bukannya tak bisa lupa dan tak bisa berpindah dari-mu. Hanya saja, aku belum mau ada yang bisa menggantikan kamu.

Untukmu, laki-laki idiot bermata-kan sayu, 
berkulit putih, berbadan jangkung dan cungkring, 
yang selalu memakai celana selutut, 
yang hobbi memanggil namaku, 
disertai gabungan nama belakangmu.

Rabu, 23 April 2014

Sepatuku..

Entah kepada siapa surat ini akan dituju. Nama dan alamatnya-pun aku tak tau. Seingatku, kita pernah duduk berdua di danau itu.
Awal mula pertemuan kita memang tak seindah pertemuan orang - orang pada biasanya. Kamu yang sibuk berdiri memegang handphone dibelakang tempatku duduk, terus mundar - mandir dengan cemasnya. Aku menoleh memerhatikan seketika, lalu kembali mengayunkan kakiku di air, di danau itu.
Kamu bergegas berjalan ke arah lain, tetapi terhenti karena sepatuku terjatuh ke dalam danau, oleh kamu. Aku langsung bangkit dan berdiri menatap matamu yang menatap mataku.
"Ah, gimana sih. Makanya jalan liat - liat dong Mas, sepatu saya jadi jatoh ke danau." Bentakku dengan nada yang tinggi. Tapi kamu santai dan berjalan melewati aku.
"Ya salah sendiri duduk dipinggiran danau main air, sepatunya ditaro dijalanan."
Aku langsung bergegas menarik tanganmu yang ingin menghindar itu.
"Ambilin sepatu saya! Tanggung jawab dong Mas!"
"Sudah, Mbak nggak usah marah - marah. Iya saya nanti ketempat dimana Mbak duduk tadi kok. Ngomongnya gak usah keras - keras minta tanggung jawab segala. Nanti orang ngiranya aneh - aneh."
Aku menuruti apa katamu tersebut, aku melepas penahan tanganku pada pergelangan tangan kirimu. Kamu berjalan dengan pelan dan tengak, Tak tau mau kemana dan ingin berbuat apa.

Ah aku ingin pulang rasanya. Tapi tak mungkin bila tak memakai sepatu. Bagaimana ini?
Kamu-pun tak kunjung datang kembali ketempat dimana kamu menjatuhkan sepatuku. Ini sudah pukul 15.48 langitpun sudah mulai terlihat mendung. Mati sajalah aku jikalau hujan turun.
Hampir dua jam aku menunggu kedatanganmu kembali. Entah apa yang membuatku menunggumu selama itu. Pikir saja, tak mungkin kalau orang asing menjatuhkan sepatumu ke danau, lalu ia pergi berlama - lama dan bilang kalau akan kembali dan bertanggung jawab? Bertanggung jawab? Apa ia akan membelikan mu sepatu yang baru? Hei! Takan mungkin, dia hanya orang asing untukmu. Dan baginya, kamu juga tentu adalah orang asing.
Aku yakin kamu takan kembali. Sampai nanti hujan turun-pun kamu mungkin takan kembali dan bertanggung jawab tentang sepatuku yang jatuh.

Dan benar saja, hujan rintik sudah mulai datang dan membasahi rumput tempat aku duduk di pinggiran mulut danau. Kamu tak juga kunjung datang, ya.
Dan, apa lagi yang aku tunggu? Mau menunggu sampai hujan ini menjadi lebat?
Aku terus mengayun - ayunkan kakiku di air danau itu. Satu persatu orang yang sedang duduk di pinggiran mulut danau-pun mulai bangkit dan pergi mencari perlindungan untuk berteduh dari hujan yang sudah lumayan sedikit lebat.
Tinggal aku sendiri yang masih asyik memainkan kakiku di air danau. Iya, sekarang tinggal aku sendiri. Aku bisa melihat orang - orang yang lari dengan terburu - buru karena takut basah akibat air hujan yang lebat ini.
Ah, cuma air.
Dari kejauhan, aku melihat sesosok pria yang berlari terburu - buru. Dia memakai kemeja biru langit, sama seperti kemeja kamu. Dan benar saja! Kamu!
"Mbak, kok nggak berteduh? Malah terus - terusan duduk di situ aja? Ini hujannya deras loh, Mbak. Nanti masuk angin, malah jadi sakit aja."
Kamu menarik tangan dan menuntun tubuhku bangkit lalu berdiri.

Aku masih ingat, wangi tubuh itu yang tercium di tengah - tengah air hujan yang lebat.
"Mbak nunggu saya ya? Maaf banget ya Mbak, tadi itu saya kedepan jalan buat nyari sendal jepit, hehe tapi nggak ketemu. Tadi niatnya saya udah mau pulang aja, eh tapi saya inget punya janji sama Mbak kalau mau tanggung jawab masalah sepatu Mbak. Saya kira, Mbak udah pergi. Eh ternyata masih nunggu saya juga. Maaf ya, Mbak." Kamu berbicara setengah teriak karena suara hujan yang begitu keras.
Kamu membawaku ke pohon yang besar, aku tak ingat pohon apa itu. Aku hanya bisa tersenyum kearahmu ketika kamu membawaku ke pohon itu untuk berteduh.
"Kenapa kita gak neduh kesana aja?" Aku menunjuk kearah sebuah rumah kecil, tempat orang - orang ramai berteduh.
"Mereka kan masih kering, kita udah basah kuyub gini. Mana mau mereka desek - desekan dan ngasih kita tempat untuk berteduh juga.."
Benar juga, memang terkadang manusia itu begitu..

Aku terus memeluk - meluk tubuhku sendiri mencari kehangatan. Kamu sibuk jongkok dan membuka sepatu-mu. Eh, untuk apa kamu membuka sepatu?
Sambil menenteng sepatu, kamu bilang..
"Biar sama kayak kamu." Aku tesenyum mendengarnya. Kamu bilang, sepatuku terjatuh gara - gara kamu yang tidak hati - hati melangkah dan berjalan, jadi kamu juga harus merasakan berjalan tanpa alas kaki.
Halus sekali kedengarannya.

Sudah Jam empat sore lewat. Hujan baru mulai reda, badanku mulai menggigil kedinginan. Kamu yang melihat kearahku dan mengetahuii kondisiku, segera membuka jaketmu dan memelukku dari arah belakang. Aku sempat kaget dan berontak, tapi kamu melerai dan terus memeluk.
Disela - sela pelukanmu, kamu berbisik di telingaku dengan lembut tapi sungguh lucu sekali. Kamu protes karena panggilan ku yang memanggilmu 'Mas' . Kamu bilang, kamu masih 22 tahun dan bukan Mas - Mas. Aku tertawa dan bilang " Aku juga bukan Mbak - Mbak kok."
Layaknya orang pacaran, kita terus berpelukan saling menghangatkan badan. Aku tak tau siapa kamu, kamu pun begitu. Namun rasanya saat itu aku merasa nyaman sekali ada didekatmu.

Hujan sudah mulai, berhenti. Kamu melepas pelukanmu itu lalu menaruh sepatumu didalam tas yang juga kebasahan air hujan. Kita berjalan keluar dari taman yang ada di pinggiran danau, bergegas untuk pulang kerumah masing - masing. Kamu bilang kamu tidak membawa kendaraan apa - apa, jadi kamu gak bisa mengantarku pulang sampai ke rumah. "Kita jalan aja ya, gapapa kan ya?"
Aku hanya membalas dengan anggukan disertai senyuman tipis. Kita berjalan terus sampai menemukan jalan raya dan angkutan. Tanpa alas kaki.
Ya, tanpa alas kaki melindungi kita berdua. Mungkin orang - orang disekitar kita mengejek, ada dua orang pasangan lawan jenis berjalan kaki basah - basahan karena air hujan dan tanpa alas kaki.
Lucu sekali saat itu. Aku dan kamu tak sama sekali merasakan malunya berjalan kala itu. Kita terlihat menikmati indahnya pemandangan sehabis hujan di sepanjang jalan. Tertawa bersama, serasa kita sudah saling mengenal lama. Ingin sekali rasanya terus seperti itu. Tapi aku terus mengingat dalam hati.
Aku siapa dan kamu siapa.

Ah kita sudah bertemu jalan raya. Saatnya kita pulang kerumah masing - masing dan naik angkutan umum. Kamu membalikan tas-mu dan membukanya. Mengambil sesuatu dari dalamnya.
Kamu mengeluarkan sepatumu, dan memberikannya padaku. Aku menolak.
Tapi kamu bilang, aku harus memakainya. Karena kalau tidak, kamu takan memaafkan dirimu yang sudah membuatku sesusah ini. Kamu memakaikan sepatumu di kakiku, basah sekali sepatumu kala itu.
"Malu ah, aku bisa pake sendiri." kata ku. Kamu bangun dan tersenyum.
Setelah itu, kamu menungguku sampai aku menemukan angkutan umum. Kamu bilang,
"Jaga baik - baik ya sepatunya. Siapa tau, kita ketemu lagi nanti."

Hari itu. Hari Kamis, rasanya indah sekali buatku. Bertemu dengan orang asing sebaik kamu.
Aku terus berharap dan menunggu didanau itu. Dengan sepatumu.
Aku berharap bisa bertemu denganmu lagi dilain waktu. Aku berharap bisa tau siapa namamu yang lupa ku tanyakan kala itu.
Aku ingin bisa mengenal mu, lebih dari hari Kamis yang kemarin.
 

Deshious :) Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang