Rabu, 16 Juli 2014

Terlalu Dalam.

Cinta itu kamu. Sesuatu yang tak mudah ku-ucap, kecuali dengan tatap. - Deska Dewi Utomo



Sepertinya, pagi ini terlalu konyol. Atau mungkin karena semalam kita berbicara aneh melalui alat bantu Handphone. Sudah terlalu lama kita tak bertemu, ah jangankan bertemu, untuk menyapa melalui social media yang ada-pun rasanya enggan. Kamu terlalu sibuk dengan dunia-mu, dan akupun begitu.
Tapi, entah ada udara sehangat apa sehingga kamu menyapa-ku duluan tadi malam. Memang kelihatannya kita terlalu membahas suatu bahasan yang abstrak bentuknya, tapi perlu kamu ketahui, jantung-ku pun rasanya ikut-ikutan senang melihat handphone-ku yang berdering karena pesan singkat-mu.
Laki-laki yang menggilai futsal dan selalu mampir kerumah-ku ketika latihannya selesai. Laki-laki dengan mata sayu dan berkulit putih yang hobi memakai celana selutut disertai sepatu Vans dan kaos polos. Laki-laki yang hobi memanggil nama-ku dengan menggabungkan nama belakangnya. Laki-laki yang selalu bangun dipagi hari dan gembira mengejekku ketika aku kalah unggul bangun pagi ketimbang dia.
Ah, laki-laki yang meminta-ku untuk menyudahi kedekatan ini.

Rasanya sulit sekali aku lupa akan semua tingkah konyol-mu. Akan semua ke-bete-an mu ketika aku mengejekmu dengan sebutan idiot. Tapi kamu memang idiot, sayang. Setiap disekolah-pun kamu tak pernah sekali-pun terlihat serius. Hehe, aku rindu kala itu.

Aku juga ingat, ketika salah satu teman-mu begitu iri akan kedekatan kita. Padahal waktu itu kita belum jadi apa-apa, bahkan sampai sekarang kamu sudah memiliki pendamping baru, kita masih belum jadi apa-apa. Itu yang membuat-ku melamun disepanjang malam yang sunyi, yang hanya ada suara ranting bergesekan dengan angin yang sangat dingin. 
Sampai aku terhanyut terlalu dalam oleh lamunan-ku dan dikagetkan oleh dering ponsel-ku yang berisikan pesan singkat dari teman sekelas-mu. Dia cukup menyebalkan karena selalu menanyai soal bagaimana aku dan kamu. Dan yang lebih menyebalkan ketika dia mengirimkan satu buah photo kamu yang idiot. Super idiot.
Itu membuatku tertawa tiada habisnya, sampai airmata-ku sedikit menetes dan dikagetkan lagi oleh dering ponsel lainnya. Kamu marah kecil, karena kesal aku tertawa-kan.
"Dia ngomong apa? Dia ngirim photo aku yah?"
Itu yang kamu tanyakan tadi malam. Rasanya aku ingin kita terus terhanyut dalam pesan singkat malam hari itu. Aku ingin kamu kembali bawel seperti kamu yang aku kenal dulu, aku ingin kamu yang mudah berganti mood dan hanya aku yang bisa membuat mood jelekmu berubah lagi. Aku ingin semua itu kembali seperti dulu, saat pertama kali kita kenal di social media yang bernamakan Twitter. Aku ingin kamu terus menyapa-ku di pagi hari melalui twitter.
Bahkan, sepertinya aku rindu ketika kamu ngetweet no mention dan ternyata itu untukku. Ah, mengapa mencintai-mu begitu mudahnya? Hanya dalam kurung waktu dua bulan saja, kamu mampu menyebarkan virus di saraf-saraf-ku lalu kamu kendalikan tubuh dan pikiranku. 

Harusnya, perlu kamu ketahui, Diantara semua yang pernah hilir mudik dalam hatimu, aku yang paling membutuhkanmu.

Aku memang tak pernah menangis dan menjadikan kamu sebagai penyebabnya, itu karena dulu kamulah alasan-ku untuk aku berhenti menangis. Sekarang, kamu masih tetap menjadi alasan itu.
Sampai saat ini, Aku masih memandangmu dari sini. Dalam keadaan berjarak, dalam kesendirian. Bahkan dalam keramaian, tetap dalam kesendirian.

 Kupikir, ini sudah terlalu dalam. Aku bukannya tak bisa lupa dan tak bisa berpindah dari-mu. Hanya saja, aku belum mau ada yang bisa menggantikan kamu.

Untukmu, laki-laki idiot bermata-kan sayu, 
berkulit putih, berbadan jangkung dan cungkring, 
yang selalu memakai celana selutut, 
yang hobbi memanggil namaku, 
disertai gabungan nama belakangmu.

0 comments:

Posting Komentar

 

Deshious :) Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang